Scudetto Terindah Juventus

Scudetto Terindah Juventus

AP/Massimo Pinca

Pesepakbola Juventus Paulo Dybala (kiri) bersama rekannya satu tim di Stadion Juventus, Turin.

TURIN — “Ini scudetto terindah dari lima gelar yang diraih secara beruntun,” kata kapten Juventus Gianluigi Buffon.


Kiper kelahiran Carrara itu menyinggung seputar kesulitan timnya menjadi kampiun Seri A musim 2015/2016. Juve yang menjalani start terburuk sepanjang sejarah klub, pada akhirnya kembali menjadi raja negeri spaghetti. Namun perjalanan itu diwarnai dinamika.


Meski dihuni para jugador berkelas, pasukan hitam putih cuma meraih sebiji angka dalam tiga laga awal Seri A. Itu mengulang catatan buruk pada 1962. Bahkan hingga 10 pertandingan, si Nyonya Tua cuma meraih 12 poin. Ada empat partai berakhir dengan kekalahan.


Sepeninggal Carlos Tevez, Andrea Pirlo, dan Arturo Vidal praktis Bianconeri banyak diisi muka baru. Pelatih Massimiliano Allegri menyebut ada 10 jugador anyar. Itu membuat inkonsistensi terjadi lantaran masih dalam proses adaptasi.


“Kami kalah lewat pertandingan yang aneh. Juventus disebut bermain buruk, itu normal. Tapi tidak seburuk yang orang pikirkan,” tutur allenatore 48 tahun itu dikutip dari Football Italia, pekan lalu.


Tak berlebihan seruan diplomatis Allegri. Faktanya kemenangan 2-1 dalam derby della Mole pada giornata ke-11 jadi pembuka keberingasan si Nyonya Tua. Setelah itu, hingga pekan ke-35, skuat hitam putih meraih 73 poin dari maksimal 75.


Proses pemusahatan latihan atau Ritiro jelang laga kontra Torino membangkitkan mental juara para jugador Bianconeri. Perlahan tapi pasti La Vechia Signora terus merangkak naik. Juve bahkan menjadi tim pertama dalam sejarah Seri A, bisa meraih scudetto tanpa berstatus campione d’inverno atau juara paruh musim.
“Saya harus mengatakan, kami bahkan lebih baik dari yang diperkirakan,” tutur Allegri menambahkan.


Perjalanan sensasional Juve diselingi dengan catatan clean sheet dalam sepuluh laga beruntun. Tercatat sejak Januari hingga Maret, Buffon tidak pernah memungut bola dari gawangnya. Itu rekor baru di kancah Seri A.


Berbagai fakta di atas memperlihatkan Juventus masih menjadi penguasa tunggal di Italia. Pelatih legendaris sekelas Marcelo Lippi menilai gap antara Bianconeri dengan tim lain masih terlalu besar. “Terlalu sulit menjembatani kesenjangan, saya melihat Juve tetap dominan di tahun-tahun mendatang sebagai tim terkuat,” katanya.


Fakta lima tahun terakhir mendukung argumentasi Lippi. Legenda Napoli, Diego Armando Maradona, menilai salah satu penyebab mantan klubnya gagal menyaingi Juve karena kalah dalam hal kedalaman skuat. Jika Seri A sudah sedemikian tak tersentuh, maka Liga Champions menjadi target selanjutnya.


Sudah dua dekade berlalu, si kuping lebar belum singgah di lemari trofi si Nyonya Tua. Sejak juara 1996, pretasi tertinggi sebagai finalis pada 2003 dan 2015. “Ada kualiatas yang besar dalam tim ini. Jika kami berpikir kami yang terbaik di Eropa, maka kami bisa melakukan itu,” tutur bek sayap Patice Evra menegaskan asa timnya menaklukkan benua biru di musim mendatang.


Sumber




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Back To Top